Startup ekstraksi nikel dan kobalt BANiQL raih
youngster.id – Startup pengolahan limbah mineral pertambangan asal Indonesia yang berbasis di AS, BANiQL mengumumkan telah menyelesaikan putaran pendanaan awal (seed funding) senilai US$1,6 juta atau sekitar Rp25,5miliar.
Putaran pendanaan ini dipimpin oleh VC BEENEXT yang berbasis di Singapura, dengan partisipasi dari Seedstars International Ventures, A2D Ventures, dan Sopoong Ventures.
CEO dan Co-founder BANiQL Willy Halim mengatakan, dana segar yang diperoleh itu akan digunakan untuk memperluas teknologi berkelanjutan untuk ekstraksi nikel dan kobalt ke Indonesia, Australia, Korea Selatan, dan Filipina. Dengan 25% cadangan nikel dunia, Indonesia akan menjadi pasar awal dan target utama BANiQL.
“Kami yakin bahwa pendanaan ini akan memungkinkan kami membawa BANiQL ke tingkat berikutnya dan memberikan kontribusi signifikan terhadap transisi menuju masa depan yang lebih berkelanjutan bagi industri mineral penting,” kata Willy, Senin (20/5/2024).
Teknologi BANIQL menawarkan pendekatan ekstraksi alternatif yang berkelanjutan dan efisien dibandingkan metode tradisional, yang sering dikaitkan dengan kerusakan lingkungan. Proses yang dikembangkan memiliki potensi untuk mengurangi konsumsi air dan energi, meminimalkan penggunaan bahan kimia, dan mengurangi jejak ekologis.
Teknologi yang masih dalam proses paten ini bertujuan untuk mengurangi dampak lingkungan dan biaya ekstraksi nikel dan kobalt, dua mineral penting utama untuk pembuatan baterai kendaraan listrik dan penyimpanan energi terbarukan.
Teknologi ini berpotensi mengurangi konsumsi air dan energi, meminimalkan penggunaan bahan kimia, dan mengurangi dampak lingkungan yang terkait dengan ekstraksi nikel dan kobalt.
BANiQL didirikan tahun 2021 oleh Willy Halim, Eric Januar, Aristotle Vergara, dan SeungWan Kim.
STEVY WIDIA
Source: youngster.id 20 May 2024